“aims to form leaders in service, in imitation of Christ Jesus, men and women of competence, conscience and compassionate commitment."

Google Search

Custom Search

Thursday 16 December 2010

"nguwongke"

by Albertus Henny Setyawan on Sunday, February 7, 2010 at 7:36pm

"nguwongke"(bhs jawa)........dari kata "uwong" (manusia), sepenangkapku "nguwongke" = memanusiakan manusia.
"nguwongke" tak sebatas hanya; menyapa, memberi senyum, ngobrol tetapi lebih dari itu; menyapa, memberi senyum dan mau berbincara dengan "hati".
tiap manusia berbeda-beda, tak ada yang sama. maka dalam rangka "nguwongke" orang lain ada ke-khasan yang memang harus kita pahami dan sadari, bahwa pada si-A, si-B, atau si-C aku belum tentu bisa menggunakan cara/pola pendekatan yang sama.
Setiap diantara kita ingin diakui keberadaannya, dan bukan hanya sebatas pengakuan palsu tentunya. setiap diantar kita ingin hidup nyaman (lahir maupun bathin), setiap diantara kita pasti ingin mendapatkan dan merasakan "dicintai" secara tulus, dan terlebih setiap diantara kita pasti ingin dimengerti.
lekatnya "label-label diri" menyebabkan sulitnya untuk dapat "nguwongke" orang lain, selain itu dewasa ini makin sering orang suka "me-manipulasi diri" untuk orang lain. jika dalam ilmu pengetahuan manusia bangga dengan keberhasilannya memanipulasi gen, demikian juga orang tanpa dia sadari merasa "bangga" dengan "manipulasi diri" yang dia lakukan. tanpa disadari bahwa dengan "memanipulasi diri" orang tidak lagi "nguwongke" orang lain, orang tidak lagi "otentik".
ada bentuk simbiosis mutualisme diantara manusia. manusia akan merasa diakui jika dia mampu mengakui orang lain, manusia akan merasa nyaman jika ia pun mampu menciptakan suasana nyaman untuk orang lain, dan manusia ingin dicintai, jika ia mampu memberikan cinta untuk orang lain. karena label-label diri maka tanpa disadari ke-egoisan kitalah yang dominan. yang terjadi kemudian hanyalah "tuntutan" bagi orang lain untuk;......., ....., ....., ....., dan ....... .
marilah belajar untuk dapat "nguwongke" orang lain dengan lebih "otentik" bukan lagi karena "manipulasi-manipulasi diri" atau karena lekatnya "label-label diri" yang menempel pada diri.

albertus henny setyawan

No comments:

Post a Comment